Rabu, 15 Desember 2010

Pak Harto menyamar


Mengenang 1000 hari wafatnya Pak Harto, ane mau sharing tentang sisi humanis beliau sebagai seorang presiden Republik Indonesia kala itu. Ane bikin trit ini tidak ada hubungannya dengan pro kontra menjadikan beliau sebagai pahlawan nasional. Terlepas dari masalah-masalah hukum yang pernah menimpa beliau, ane yakin setiap orang punya sisi positif dan negatif. Langsung aja gan, cerita ini ane ambil dari sebuah majalah jadul berbahasa Jawa, terbitan tahun 1976. Ceritanya mengenai perjalanan Pak Harto menyamar menjadi rakyat biasa yang berkeliling ke pelosok negeri untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya.
Majalah: 
Ini majalahnya, Panjebar Semangat (baca: Panyebar Semangat), terbitan 4 Desember 1976. Berbahasa Jawa.

Artikel utama:
Perjalanan Pak Harto menyamar ini menjadi artikel utama di edisi tersebut
Perjalanan menyamar (incognito) Pak Harto ini dilakukan tanggal 17-21 November 1976 ke beberapa daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perjalanan menggunakan kendaraan darat tanpa diiringi para pejabat pemerintah, hanya sekelompok kecil pengawal dan staf. Rombongan kecil tersebut meninggalkan Jakarta menggunakan jeep. Pak Harto hanya didampingi Dan Satgas Pomad Kol. Munawar, ajudan Presiden Kol. Tri Sutrisno, dokter Kol. Mardjono dan Kepala Dokumentasi dan Mass Media Drs. Dwipojono.

Tidur di Pendapa Tujuan pertama adalah beberapa daerah di Jawa Barat, antara lain kabupaten Purwakarta, Subang, Bandung, Garut, Tasikmalaya. Selama di jalan, beberapa kali Pak Harto turun dari kendaraan dan melakukan wawancara langsung dengan para pedagang atau petani. Anggota rombongan tidak ada yang mengenalkan kepada para penduduk tersebut mengenai identitas Pak Harto yang sesungguhnya, sehingga banyak yang mengira pria yang mengajak mereka wawancara itu adalah mantri tani atau mantri pasar. Sebab hal-hal yang ditanyakan oleh pria berbaju batik, bertopi prop dan bertongkat itu mengenai seputar perdagangan atau pertanian. Di kabupaten Purwakarta, Pak Harto singgah dua kali, wawancara dengan petani-petani yang sedang menggarap sawah. Dari wawancara itu beliau mendapat keterangan langsung dari petani seputar penggarapan tanah, pemakaian pupuk dan hal-hal yang menjadi kesulitan para petani. Ketika singgah di sebuah Puskesmas, beliau menanyakan kepada para perawat mengenai program keluarga berencana dan pengelolaan Puskesmas. Setelah berkeliling seharian, Pak Harto dan rombongan menginap di pendapa Kawedanan Banjar, Kabupaten Ciamis. Sudah pasti kehadiran Kepala Negara yang mendadak itu membuat kalang kabut para pejabat setempat, seperti Camat dan Wedana karena tidak ada satu pun dari mereka yang diberi tahu mengenai rencana kunjungan Presiden tersebut.

Mantri Tani:
Pak Harto dikira seorang Mantri Tani karena menanyakan hal-hal seputar pertanian
Masuk Pasar Di daerah Banyumas Jawa Tengah, Pak Harto singgah dan masuk ke dalam pasar menemui para pedagang dan menanyakan seputar harga barang-barangdan keuntungan yang diperolehnya. Dari kunjungan ini beliau mendapat gambaran harga kebutuhan pokok rakyat. Meski sempat menjadi perhatian para pedagang, namun mereka mengira pria tersebut adalah Mantri Pasar yang memeriksa hasil pajak pasar dan cara penyetorannya.

Mantri Pasar:
Di pasar, Pak Harto dikira Mantri Pasar
Di Sekolah Dasar Pak Harto singgah di sebuah SD Inpres untuk mengetahui secara langsung kondisi sekolah dan proses belajar mengajar. Ada kejadian unik yaitu ketika beliau mengoreksi kesalahan salah seorang guru ketika menyampaikan pelajaran, namun apa jawaban Pak Guru tersebut? "Memang, ini untuk menguji tingkat keseriusan para siswa dalam menerima pelajaran".

Di Bank Rakyat Di sebuah Bank Rakyat Indonesia unit desa, Pak Harto menanyakan hal-hal seputar perkreditan untuk petani dan besarnya tunggakan kredit yang belum lunas. Beliau juga memberikan arahan langsung hal-hal teknis kepada pimpinan bank mengenai penanggulangan kredit-kredit dari petani yang masih menunggak. Setelah itu beliau menginap di kantor desa Sendangsari, 30 km sebelah utara kota Yogyakarta untuk persiapan melanjutkan perjalanan berikutnya ke Jawa Timur.

Meninjau Korban Banjir Di Jawa Timur, Pak Harto menyinggahi tempat penampungan pengungsi korban banjir di kecamatan Pasirian kabupaten Lumajang. Beliau juga menengok dapur umum dan merasakan masakan yang akan dikirim kepada para korban. Pak Harto juga memberikan pidato sejenak untuk membesarkan hati para korban banjir yang sedang kesusahan. Presiden juga menganjurkan kepada para korban untuk bertransmigrasi ke luar Jawa, karena dengan bertransmigrasi akan lebih menyejahterakan para petani sebab lahan pertanian lebih luas daripada di pulau Jawa. Seusai melaksanakan serangkaian perjalanan penyamaran ini, rombongan menuju lapangan terbang Abdurachman Saleh, Malang untuk kembali ke Jakarta.

Meninjau korban banjir:
Di Lumajang, Pak Harto meninjau korban banjir

Rehat sejenak:
Di sela-sela perjalanan, Pak Harto istirahat sejenak di pinggir jalan kampung. Perhatikan, beliau juga duduk di tanah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar