Sweeping terharap VoIP maupun Internet Wireless di 2.4GHz tanpa dasar hukum yang disepakati oleh rakyat, menyebabkan belakangan ini dunia telekomunikasi harus prihatin melihat tingkah para birokrat, penguasa & aparatnya yang lupa daratan, cenderung arogan dan lupa akan siapa yang menggaji mereka selama ini. Sialnya, para petinggi & birokrat dengan mudah cuci tangan dari tanggung jawab akan tindakan aparatnya di lapangan. Sungguh memalukan! Shame on you!
Jika saya perhatikan, penguasa & aparatnya lebih suka melakukan penggerebekan pada instalasi besar milik operator, pengusaha besar dll. yang akan menghasilkan uang / barang / harta palakan yang besar. Strategi perang gerilya / semesta telekomunikasi, dengan cara membangun infrastruktur telekomunikasi rakyat. Infrastruktur telekomunikasi rakyat disini bukan infrastruktur publik dan sama sekali tidak bertumpu pada operator telekomunikasi yang ada sekarang ini, tapi betul-betul di bangun oleh rakyat, dari rakyat, untuk rakyat. Sudah tentu karena keterbatasan modal bentuknya sangat kecil-kecil, berupa WARNET, RT/RW-net, internet tanpa kabel dll. Tapi karena teknologinya sangat sederhana, sangat mudah untuk mengkaitkan serpihan-serpihan ini menjadi sebuah kesatuan yang besar. Istilahnya sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia.
Bagaimana jika penguasa & aparatnya berusaha memblokir / menyunat infrastruktur rakyat ini? Memang dalam sebuah perjuangan akan terjadi korban, tetapi apakah penguasa mampu mengebiri ribuan instalasi infrastruktur rakyat? Apakah penguasa mempunyai cukup tenaga / sumber daya manusia? Belum resiko menghadapi perlawanan rakyat & media yang jelas akan memojokan penguasa? Dengan perhitungan sederhana akan terlihat bahwa penguasa yang jumlah personil maupun pamor-nya jauh berada di bawah jumlah rakyat, akan sangat mudah di tumbangkan oleh keberadaan infrastruktur telekomunikasi rakyat. Strategi perang semesta telekomunikasi rakyat akan merupakan strategi yang paling ampuh melawan & memojokan arogansi penguasa.
Secara hukum, infrastruktur telekomunikasi rakyat, seperti RT/RW-net, Mall-net, Perkantoran-Net, Kecamatan-Net, Kelurahan-Net, Pendidikan-Net merupakan infrastruktur telekomunikasi yang paling bebas, bahkan sering kali dapat di bangun tanpa perlu ijin sama sekali. Contohnya, hanya penguasa yang sangat gila yang akan mengharuskan ijin penyambungan dua (2) komputer di rumah yang bertetangga. Hanya penguasa yang gila yang mengharuskan ijin bagi penggunaan internet telepon di rumah kita masing-masing. Kita perlu menyadari bahwa sebetulnya kita merdeka, terutama jika kita membangun infrastruktur kecil & merakyat karena akan sangat sulit di jangkau oleh tangan aparat penguasa. Dengan keterbatasan yuridis formal yang ada, penguasa hanya akan menjamah instalasi / infrastruktur publik, tapi tidak pada infrastruktur non-publik (privat).
Basis utama teknologi infrastruktur rakyat ini adalah komputer (PC), teknologi LAN, teknologi internet wireless & internet telephony. Investasi yang dibutuhkan menjadi sangat murah, bahkan lebih murah daripada sebuah WARNET karena beban investasi di tanggung oleh masing-masing rumah / kantor. Memang demikian adanya untuk sebuah RT/RW-net, beban investasi peralatan menjadi sangat murah.
Secara umum dapat di gambarkan secara berurutan, di ujung pengguna kita dapat menggunakan komputer (PC) biasa. Jika dibutuhkan dapat di sambungkan ke peralatan VoIP seperti Internet Phonejack, Internet Linejack, voipblaster yang harganya US$30-an agar kita dapat menelepon menggunakan handset telepon biasa. Untuk sebuah kecamatan di pedesaan hal mungkin hanya dapat diganti menjadi sebuah peralatan VoIP gateway yang murah dari planet (www.planet.com.tw) yang di sambungkan pada peralatan PABX & handset telepon biasa agar pengguna di pedesaan tersebut dapat tersambung ke jaringan telepon tanpa perlu tahu bahwa mereka menggunakan VoIP & komputer. Jadi hanya dibutuhkan beberapa puluh & ratus US$ tambahan untuk memberikan servis 1-10 sambungan telepon.
Sentral telepon gratisan berupa software seperti di http://www.openh323.org yang biasanya sudah tersedia di Linux & dapat di operasikan di komputer yang kita gunakan. Software sentral telepon ini dapat mengenali nomor telepon +62 21 123 4567, sehingga kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan cara menekan nomor telepon seperti layaknya telepon biasa saja.
Tinggal yang kita perlu bangun adalah sambungan jarak jauh 5-7 km-an, hal ini dapat dengan mudah terbangun dengan menggunakan teknologi internet wireless LAN (WLAN) yang berbasis IEEE 802.11b. Investasi Rp. 3.5 s/d 10 juta per sambungan internet wireless memungkinkan kita untuk membangun sambungan berkecepatan tinggi 1-11Mbps yang cukup untuk membawa beberapa ratus saluran telepon. Beberapa card WLAN untuk keperluan komunikasi luar ruangan pada hari dapat diperoleh dengan murah seharga US$65-75 /card. Gilanya sebagian antenna dapat dibuat sendiri, bahkan rekan-rekan di Jogya yang kreatif pada hari ini telah membuat sendiri dari antenna kaleng susu. Untuk jarak lebih jauh s/d 20-30 km dapat pula di bangun menggunakan teknologi internet wireless LAN IEEE 802.11b dengan perencanaan yang lebih teliti.
Sambungan jarak jauh lebih baik bertumpu pada infrastruktur satelit, karena kita menjadi bebas dari berbagai hambatan birokratis yang ada. Memang infrastruktur satelit relatif mahal, bisa mencapai sekitar US$4500-5000 / Mbps / bulan. Tapi jika di share oleh banyak node, misalnya dibagi oleh 10-20 WARNET menjadi sangat feasible sekali secara finansial.
Jika kita perhatikan dalam strategi ini tidak digunakan sama sekali operator telekomunikasi Indonesia, kecuali untuk sambungan satelitnya yang mungkin akan menggunakan operator asing. Sisanya adalah infrastruktur swadaya masyarakat yang kecil & banyak. Hal ini akan sangat menyulitkan bagi penguasa untuk melakukan pemaksaaan & penggerebekan.
Kunci keberhasilan terletak pada kepandaian rakyat Indonesia dalam mengoperasikan infrastruktur tersebut, oleh karena itu proses edukasi masyarakat menjadi sangat penting & strategis, di samping keberhasilan mensupply peralatan yang dibutuhkan ke masyarakat. Memang harus melalui banyak pengorbanan untuk mencapai proses edukasi yang baik, karena kita harus rela melepaskan semua ilmu yang ada ke masyarakat baik melalui CD-ROM, Web, seminar, diskusi mailing list, workshop, talkshow dll.
Perjuangan memang masih panjang, tapi dengan jumlah massa pengguna internet wireless yang pada hari ini mungkin sudah ribuan akan cukup sulit untuk membendung gerakan infrastruktur telekomunikasi rakyat. Merdeka Bung!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar