LATAR BELAKANG
Perhatian,…perhatian! Ingat! “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas,” (Matius 7:15). Diakhir zaman sekarang terjadi banyak penyesatan, penyesatan dilakukan oleh orang-orang tertentu yang dipakai Iblis dan oleh orang-orang yang mau dipakai Iblis. Mereka yang dipakai Iblis adalah mereka yang giat untuk Tuhan Yesus tetapi tanpa pengertian yang benar (Roma 10:1-3), sehingga pada hari terakhir Tuhan Yesus tidak mengenal mereka (Matius 7:21-23), sedangkan mereka yang mau dipakai Iblis adalah mereka yang telah mengetahui kebenaran, tetapi oleh karena kepentingan jasmaniah dan materi memanipulasi firman Tuhan (1 Timotius 4 : 1-2), orang-orang demikian dikatakan Rasul Petrus seperti.”Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali ke kubangannya,” (2 Petrus 2:19-22), tentu penghukuman mereka lebih berat daripada orang-orang yang dipakai Iblis.
Kegiatan penyesatan Iblis baik melalui orang yang dipakai Iblis dan orang yang mau dipakai Iblis, intensitasnya pada akhir zaman ini meningkat dengan pesat. Jika Allah memiliki program penyelamatan, maka Iblis juga memiliki program penyesatan. Program penyesatan jangka pendek Iblis yakni, mengurangi dan menambahkan Injil. Sedangkan program jangka panjang Iblis yakni, menghancurkan jemaat lokal, yang merupakan wadah pemeliharaan iman orang percaya dan penopang kebenaran untuk generasi selanjutnya.
Orang yang sudah diselamatkan dan masih hidup di dunia memiliki tanggung-jawab untuk memilihara iman, jemaat merupakan tempat pemeliharan iman orang percaya. Peran Jemaat dalam memelihara iman orang percaya sangat penting, ketidak-alkitabiahan sebuah jemaat dapat menyebabkan kebinasaan bagi anggotanya. Alkitab memberikan contoh kepada kita yakni, orang-orang Galatia yang sudah menerima Injil yang benar, tetapi dikemudian hari mendapat pengajaran dalam jemaat, bahwa iman mereka tidak cukup percaya pada Injil yang benar, tetapi harus ditambah dengan sunat dan hukum Taurat. Rasul Paulus dengan tegas mengatakan orang-orang yang menerima dan mengimani pengajaran tersebut lepas dari kasih karunia Kristus yang berarti binasa (Galatia 5:3-4). Dari sinilah kita melihat bahwa, peran sebuah jemaat dalam kehidupan orang percaya sangat penting.
Oleh karena pentingnya Jemaat untuk kehidupan orang percaya, maka sebaiknya orang-orang kudus harus memiliki pemahaman yang benar mengenai hakekat dari gereja yang Alkitabiah. Enam Prinsip dari gereja yang Alkitabiah akan menolong saudara untuk menganalisa keberadaan gereja yang Alkitabiah dan menyadarkan tentang ke-Alkitabiahan gereja saudara
I. GEREJA ADALAH TUBUH TUHAN YANG KELIHATAN ATAU LOKAL (VISIBLE). BUKAN YANG TIDAK KELIHATAN (INVISBLE) ATAU UNIVERSAL ATAU AM DAN KATOLIK (Matius 18:18-20)
Penjelasan Alkitab kepada kita bahwa, gereja adalah tubuh Kristus (Efesus 1: 23 Kolose 1:24). Tubuh Tuhan Yesus adalah tubuh kudus oleh sebab itu gereja harus kudus. Gereja yang kudus adalah gereja yang tidak mementingkan jumlah uang dan jumlah orang, melainkan pengajaran dan penekanan kekudusan hidup praktis di hadapan Tuhan.
Pemahaman tentang gereja yang kudus diakui oleh semua kalangan Kristen, namun demikian beberapa kelompok Kristen tidak memiliki pemahaman yang Alkitabiah mengenai sifat hakekat gereja sebagai tubuh Tuhan yang kelihatan (Visible) atau lokal. Beberapa kelompok Kristen terpengaruh dengan pemikiran Agustinus (Bapak Gereja Katolik) mengenai konsep gereja. Agustinus membangun konsep bahwa Gereja adalah tubuh Tuhan yang tak kelihatan (invisible), atau persatuan sesungguhnya dari orang-orang kudus dan sebagai sautu persatuan yang tidak kelihatan, hanya ada dalam gereja Katolik, dan Roh bekerja dan kasih sejati berada (Louis Berkhof, The History of Christian Doctrine (Grand Rapids: Baker Book House, 1975), hal., 229).
Dasar pemikiran Agustinus bukanlah Alkitab melainkan filsafat Neo-Platonik. (walaupun orang yang pertama mengunakan kata Katolik adalah Ignatius 30-107, tetapi dasar pemikiran Ingnatius berbeda dengan Agustinus). Francis A. Schaeffer mengatakan hal ini dalam bukunya How Should We Then Live? “Plato pada universalisme menghasilkan universalisme atau kekatolikan…dapat disamakan hal yang absolut, ideal dan sempurna (Francis A. Schaeffer, How Should We Then Live? (Old Tappan, NJ: F.H. Revell Co., 1976), hal., 52-55).
Pemikiran Agustinus mengenai gereja sebagai tubuh yang tak kelihatan (invisible) merupakan hasil rasionalisasinya dari konsep filsafat. Jelas hal ini bertentangan dengan Alkitab. Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa, supaya berhati-hati terhadap filsafat yang kosong dan palsu (Kolose 1:7). Jadi doktrin Gereja yang kudus dan am atau Khatolik atau universal adalah pemahaman yang didasarkan pada konsep filsafat yang menyesatkan karena tidak Alkitabiah.
Konsep gereja yang Alkitabiah terurai dari penyataan Tuhan Yesus dalam Matius 18:18-20,”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa yang kamu lepas di dunia ini akan terlepas di Sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di Sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Pernyataan tentang, Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa yang kamu lepas di dunia ini akan terlepas di Sorga merupakan pengulangan pernyataan yang pernah disampaikan Yesus Kristus kepada Simon Petrus dalam Matius 16: 19, pernyataan ini mengacu kepada peran penting dari Jemaat. Orang-orang yang sudah lahir baru/ diselamatkan di dunia ini harus mengikat dirinya dalam Jemaat supaya imannya dapat dipelihara, sehingga sungguh-sungguh namanya dapat tercatat di Sorga (terikat di Sorga). Dari bagian inilah kita dapat mengetahui bahwa, dua tiga orang berkumpul yang dikatakan Tuhan Yesus Kristus adalah Jemaat.
Yesus mengajarkan bahwa, jemaat adalah persekutuan orang-orang milik-Nya yang kelihatan atau tubuh Kristus yang kelihatan (visible) atau lokal, bukan persekutuan yang tidak kelihatan yang terdiri dari beberapa wilayah atau lokasi (invisble). Gereja-gereja yang menerapkan prinsip universalism adalah gereja-gereja yang tidak bertanggung jawab langsung kepada Kristus sebagai kepala Jemaat melainkan setiap keputusan gereja harus dipertanggung-jawabkan kepada pemimpin pusat (ketua sinode) penanggung-jawab tertinggi (Gembala pusat yang mengembalakan jemaat beberapa wilayah atau lokasi) atau kepausan.
Gereja yang Alkitabiah adalah kumpulan dua tiga orang yang berkumpul dalam nama Tuhan Yesus atau tubuh yang kelihatan, bukan dua tiga wilayah atau lokasi (persekutuan yang tidak kelihatan). Beberapa gereja dengan konsisten menerapkan konsep universalism (invisble) berdasarkan pengajaran mereka yang tidak-Alkitabiah, gereja-gereja yang demikian memiliki kepemimpin secara tidak kelihatan dan setiap keputusan hanya dapat diputuskan oleh pemimpin pusat. Ada juga gereja yang tidak mengakui atau tahu bahwa prinsip universalism tidak Alkitabiah, namun dalam penerapannya mengunakan sistem universalism (gereja-gereja yang demikian dipersatukan dalam kesatuan nama denominasi), gereja-gereja yang demikian adalah gereja-gereja yang tidak cukup memiliki pemahaman yang jelas mengenai gereja sebagai tubuh Tuhan yang kelihatan (visible).
Gereja sebagai tubuh yang kelihatan (visible) adalah persekutuan orang kudus yang kelihatan (dua tiga orang berkumpul) dan orang-orang yang bersekutu ini bertanggung jawab langsung kepada Kristus sebagai kepala Jemaat. Setiap keputusan persekutuan dua-tiga orang ini dipertanggung-jawabkan langsung kepada Kristus. Oleh sebab itu gereja lokal (visible) sangat menjunjung tinggi Alkitab sebagai kebenaran absolut. Setiap keputusan dalam gereja lokal selalu didasarkan pada Alkitab, sehingga kumpulan orang yang demikian disebut orang Kristen Alkitabiah.
II. GEREJA BERSISTEM INDEPENDEN, TIDAK BERSISTEM KEPUSATAN ATAU KEPAUSAN (1 Korintus 5:12-13; 1 Korintus 6:1-9)
Alkitab mengajarkan bahwa, kuputusan gereja harus bersifat Independen (sistem pemerintahan gereja). Gereja dan keputusan gereja tidak boleh diintervensi oleh pihak luar. Yang dimaksud dengan pihak luar adalah orang-orang yang tidak tergabung dalam persekutuan jemaat lokal, baik mereka yang percaya (1Korintus 5:12-13) maupun mereka yang tidak percaya (1 Korintus 6:1-9). Setiap keputusan jemaat harus diputuskan oleh jemaat setempat yang bertanggung-jawab langsung kepada Kristus sebagai kepala Jemaat.
Orang-orang percaya yang berada di luar persekutuan dua tiga orang (jemaat) tidak diperbolehkan untuk mengintervensi keputusan jemaat, terkecuali memberi nasehat. Gereja yang berasaskan paham Am atau Katolik sangat tidak mungkin menerapkan prinsip Alkitabiah ini. Karena konsep dari gereja universal (am dan katolik) keputusan teringgi ada pada pemimpin tertinggi yang berada di luar jemaat lokal.
Ada banyak alasan yang sering kali disampaikan oleh pemimpin-pemimpin gereja universal untuk mengontrol kegiatan gereja yang diwadahinya, salah satu alasan yang sangat populer dikalangan mereka adalah ingin membantu menyelesaikan persoalan. Secara Rasional alasan ini cukup benar, tetapi alasan ini bertentangan dengan prisnsip gereja Alkitabiah. Rasul Paulus dalam surat 1 Korintus 5: 12-13 memberikan penguraian dan penjelasannya bahwa ia tidak memiliki otoritas menjadi hakim untuk orang-orang di luar Jemaat, karena keanggotaan jemaat Paulus adalah dari Jemaat Anthiokhia bukan Korintus. Paulus hanya dapat memberikan nasehat terhadap masalah yang terjadi di Korintus, dan walaupun Paulus yang berjerih lelah sehingga ada jemaat Alkitabiah di Korintus, tetapi Paulus memegang prinsip Alkitab bahwa tidak boleh mengintervensi keputusan jemaat. Apalagi hanya ketua Sinode, Gembala sebagai penanggung jawab tertinggi dari dua tiga wilayah tidak dibenarkan dan diperbolehkan mengintervensi keputusan Jemaat. Oleh karena sifat dari Gereja Yang Tuhan inginkan adalah Independen..
Orang percaya di luar jemaat yang mengintervensi keputusan jemaat tidak dibenarkan Alkitab. Apalagi orang-orang yang tidak percaya. Beberapa gereja terjebak dalam penafsiran yang salah dari kitab Roma 13: 1-7. Penekanan kitab Roma 13:1-7 adalah peran pemerintah dalam mengatur kehidupan sosial masyrakat, setiap orang yang berada dalam pimpinan suatu pemerintahan harus tunduk kepada undang-undang yang mengatur kehidupan sosial masyrakat. Tetapi keberadaan pemerintah bukanlah untuk mengatur kehidupan iman seseorang, jika pemerintah turut campur dalam kehidupan iman seseorang, maka pemerintahan yang demikian tidak perlu ditakuti ( Roma 13:3). Indonesia adalah negara yang sangat konsisten dengan prinsip ini, itulah sebabnya dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 tercatum jaminan kebebasan oleh negara kepada setiap warga negara untuk menjalankan keyakinan masing tanpa intervensi negara.
Yang sangat mengherankan ialah gereja-gereja yang menekankan penting peran pemerintah dalam urusan iman, gereja-gereja yang demikian tidak segan-segan memakai tangan pemerintah unruk mengatur kehidupan iman. Yang sangat mengherankan ini terjadi di Indonesia di mana undang-undang melindungi keyakinan iman setiap warga Negara. Dan beberapa gereja dengan tidak malu-malu menyelesaikan persengketaan gereja dalam institusi pemerintahan yang dipimpin oleh orang-orang yang tidak seiman. Hal ini yang diperingkatkan dan dikuartirkan Paulus dalam 1 Korintus 6: 1-9.
Dalam 1 Korintus 6:1-9 Paulus menjelaskan bahwa, setiap perkara yang terjadi dalam jemaat harus diselesaikan tanpa campur tangan pihak luar/ orang yang tidak percaya (1Korintus 6:3). Jemaat yang tidak dapat menyelesaikan masalah dalam Jemaat, dan memakai pihak luar/ bukan orang kudus untuk menyelesaikan permasalaha, maka jemaat yang demikian dipertanyakan sebagai tubuh Kristus yang kudus, dan Paulus menegaskan bahwa keberadaan jemaat yang demikian tidak ada bagian dalam kerejaan Allah (1 Korintus 6:1-9).
III. GEREJA HARUS MEMILIKI PEMIMPIN IMAN (Efesus 4:11-12).
Bagian utama dari Gereja Alkitabiah adalah Kumpulan orang-orang kudus (Matius 18: 20). Kumpulan orang-orang kudus tersebut diperlengkapi oleh Kristus sebagai kepala Jemaat dengan, Para Rasul, Para Nabi, Para Pemberinta Injil, Para Gembala dan Para Guru (Efesus 4:11) sebagai pemimpin iman. Pada waktu Yesus Kristus berkata kepada Simon Petrus, “Aku akan mendirikan Jemaat Ku,” (Matius 16:18/ LAI), Yesus Kristus tidak mengatakan, “Aku akan memulai,” Aku Akan mengawali,” “Aku akan menciptakan,” atau “Aku akan menimbulkan.” Namun Ia mengatakan Aku akan mendirikan, kata mendirikan bukan terjemaham yang tepat dari teks asli Alkitab bahasa Yunani, seharusnya pernyataan ini diterjemahkan dengan “Aku akan membangun jemaat Ku (oikodomeso mou ten ekklesian sedikitnya )wsemodokio” Kata membangun (.naiselkke nht uom wsemodokio digunakan dua puluh kali dalam berbagai prikop yang berhubungan dengan pembangunan orang-orang percaya, misal dalam Efesus 4:12 (eis oikodomen bagi)uotsirC uot sotamws ot nhmodokio sieto swmatos tou Kristou pembangunan tubuh Kristus. Jadi pernyataan Yesus Kristus kepada Simon Petrus merupakan pernyatan untuk memperlengkapi keberadaan Jemaat yang sudah ada. Lalu kapankah Jemaat itu dimulai?
Untuk mendapatkan pemahaman yang Alkitabiah mengenai awal mula dimulai jemaat, mari kita perhatikan pernyatan Yesus Kristus dalam Matius 11:13 yang berbunyi,” sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes.” Siapakah Yohanes ini? Matius 3: 2-3 menjelaskan kepada kita bahwa, Yohanes adalah orang yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan atau pembuka jalan bagi Tuhan. Yohanes Pembaptis melakukan tugasnya dengan baik menjadi pembuka jalan bagi Tuhan, ia memperkenalkan kedatangan dan kerajaan Sang Raja (Mesias) kepada orang-orang Yahudi. Melalui seruan pemberitaannya mengenai kedatangan dan kerajaan Sang Raja, ada orang-orang percaya dan mengakui kedatangan dan kerajaan Sang Raja (Mesias), orang-orang ini memberi diri dibaptis sebagai tanda pertobatan dan tanda penyambutan akan kedatangan Sang Raja, serta kerajaanNya.
Kumpulan orang yang percaya kepada pemberitaan Injil (Markus 1:15) dan dibaptis Yohanes Pembaptis disebut Jemaat oleh Yesus Kristus (Matius 16: 18; 18:20). Yohanes Pembaptis telah mempersiapkan Jemaat sebagai mempelai wanita untuk menyambut kedatangan mempelai pria yaitu Yesus Kristus, itulah sebabnya Yohanes membiarkan ketika murid-murid dan orang-orang yang telah dibaptisnya mengikut Yesus. Dari sinilah kita dapat memahami bahwa, pernyataan Tuhan Yesus Kristus kepada Simon Petrus, bukan melahirkan, menciptakan, tetapi membangun untuk memperlengkapi dasar jemaat yang sudah ada, yang dimulai oleh Yohanes Pembaptis.
Hakekat utama dari jemaat adalah kumpulan orang-orang yang telah lahir baru dan dibaptis, kumpulan orang-orang ini, diperlengkapi dengan pemimpin iman yakni; Rasul-rasul, nabi-nabi (sekarang firman tertulis atau Alkitab sebagai dasar gereja Efesus 2:20), Penginjil, gembala, guru (sekarang yang masih aktif sebagai pemimpin iman). Jadi hakekat jemaat bukanlah pemimpin iman, tetapi kumpulan orang-orang lahir baru yang telah dibaptis, pemimpin iman adalah pelengkap dari jemaat untuk pelayanan pembangunan iman jemaat.
Ada suatu kebingungan dikalangan teolog kristen mengenai hakekat jemaat. Mereka mengatakan bahwa, Kisah Para Rasul 14: 23 memberikan penjelasan bahwa, orang-orang yang telah lahir baru dan dibaptis berkumpul tanpa gembala atau penatua disebut murid-murid, sedangkan kumpulan orang-orang lahir baru yang telah dibaptis dengan adanya gembala atau penatua baru disebut jemaat. Jelas ini merupakan sebuah konsep berpikir yang sangat kacau dan tidak Alkitabiah.
Karena jika kita meneliti dan menganalisa berdasarkan etimologi (ilmu akar kata) kata jemaat berasal dari bahasa Yunani arti secara umum adalah orang-orang yang dipanggil )aishlkkeekklesia ( berkumpul (karena itu dalam Alkitab ada dua jenis jemaat; jemaat Kristus{Matius 16:18} dam bukan jemaat Kristus {kisah rasul 19: 32; 39 LAI menterjemahkan kata ekklesia dengan berkumpul dan sidang rakyat}), sedangkan definisi jemaat Kristus adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari kehidupan duniawi, yang telah lahir baru dan dibaptis berkumpul untuk satu tujuan. Dari sinilah kita dapat mengetahui bahwa, kumpulan orang-orang lahir baru yang telah dibaptis disebut jemaat bukan murid-murid. Kumpulan ini diperlengkapi dengan pemimpin iman (Nabi, Rasul {sekarang Alkitab}, Penginjil, gembala dan guru). Perhatikan Kisah Rasul 14: 23,”Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatu bagi jemaat itu….” Sebelum adanya penetapan penatua-penatua bagi jemaat, kumpulan orang-orang tersebut sudah disebut jemaat bukan murid-murid atau bakal jemaat atau tunas jemaat. Ayat 22 mengatakan, “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu…” murid-murid di sini adalah anggota-anggota jemaat dari Listra, Ikonium dan Anthiokhia yang berkumpul di kota itu (Lihat ayat 21) untuk mendengarkan firman Tuhan dan nasehat dari Paulus dan Barnabas. Karena itu, setiap orang percaya selama di dunia adalah murid Tuhan dengan menyandang ke-anggotaan jemaat lokal . Oleh karena itu, definisi teolog-teolog tersebut merupakan suatu penafsiran yang salah dari harmonisasi ayat-ayat di atas mengenai jemaat dan murid.
IV. GEREJA HARUS SEBAGAI TIANG PENOPANG DAN DASAR KEBENARAN (1 Timotius 3: 15)
Pernyataan Tuhan Yesus dalam Matius 16:18-19, “…Aku akan membangun jemaat Ku dan alam maut tidak menguasainya…apa yang kau ikat di dunia akan terikat di Sorga dan apa yang kau lepas di dunia akan terlepas di Sorga.” Memiliki hubungan yang sangat erat dengan pernyatan Rasul Paulus dalam 1 Timotius 3: 15 , “…jemaat Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran..” Pernyataan Yesus Kristus dan Paulus tersebut mengacu pada pentingnya peran jemaat lokal dalam kehidupan orang-orang kudus.
Dalam Kolese 1: 13 menjelaskan pada kita bahwa, alam semesta ini dibawa naungan kuasa kegelapan (Efesus 6:12) atau kuasa alam maut. Tetapi bagi orang kudus mereka hidup dibawa naungan Kristus. Kristus mendirikan jemaatNya dengan tujuan untuk memisahkan orang-orang kudus dari antara mereka yang hidup dibawa kuasa kegelapan. Pernyataan,”…alam maut tidak menguasainya.” Mengacu pada peran jemaat dalam menjaga kekudusan orang kudus, satu-satunya institusi di dunia ini yang tidak dibawa naungan kuasa alam maut atau kuasa kegelapan adalah Jemaat Kristus, bagi orang-orang sudah lahir baru dan masih hidup di dunia ini, mereka dituntut untuk bergabung dalam Jemaat Kristus. Karena dengan berada dalam sebuah komunitas jemaat Kristus, kuasa kegelapan tidak berkuasa atas orang demikian.
Pernyataan, “apa yang kau ikat di dunia akan terikat di Sorga, dan apa yang kau lepas di dunia akan terlepas di Sorga,” berhubungan erat dengan status orang percaya yang hidup masih hidup di dunia. Mereka yang masih hidup di dunia dituntut untuk mengikat dirinya dalam sebuah jemaat Kristus, karena dengan mengikat dirinya dalam sebuah jemaat Kristus, mereka aman dari kuasa kegelapan, sehingga pada akhirnya nama mereka pun akan terikat di Sorga. Sedangkan mereka yang tidak mengikat dirinya dalam sebuah jemaat Kristus, mereka akan hidup dibawa naungan kuasa alam maut atau kuasa kegelapan, dan jelas orang-orang demikian tidak akan mendapat bagian di Sorga, atau mereka akan terlepas di Sorga, karena mereka ada dibawa kuasa alam maut atau kuasa kegelapan.
Dari sinilah kita dapat memahami mengapa hanya jemaat yang dapat menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, Allah selalu mempercayakan pada imam untuk menjaga dan melestarikan kebenaran, ini terbukti dengan imam-imamlah yang dipercaya Allah untuk menjaga dan melestarikan firman tertulisNya. Pada masa keimamatan suku Lewi atau ibadah simbolik, Allah memerintahkan pada suku Lewi menjaga firman tertulisnya (Ulangan 31: 24-26; Ulangan 17:18), oleh sebab itulah pada masa itu yang bertindak sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran adalah bangsa Israel. Sedangkan pada masa Ibadah dalam Roh dan kebenaran, Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus membawa korban persembahan bukan dengan darah lembuh jantan yang tidak bercacat, melainkan dengan darahNya sendiri yang kudus (Ibrani 9: 11-14), Kristus telah menjadi imam besar. Barangsiapa yang percaya pada Kristus memiliki Roh Kristus (Filipi 1:19), dan menjadi imamat yang Rajani (1 Petrus 2:9), itulah sebabnya pada masa ini yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran adalah Jemaat lokal, karena di dalam jemaat lokal ada imam-imam yakni setiap orang yang percaya.
Jadi karena gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran, maka setiap orang yang datang dan menjadi anggota gereja harus mempraktekkan apa yang dipraktek dan diajarkan gereja. Dari sinilah kita dapat memahami, mengapa Rasul Paulus tidak mengizinkan wanita berbicara atau berkotbah dalam pertemuan-pertemuan jemaat (1Korintus 14:34; 1 Timotius 2:11-12), karena Rasul Paulus menginginkan bahwa, orang-orang percaya dalam jemaat harus memahami dengan benar mengenai konsep Alkitab suami mengasihi istri, istri tunduk pada suami, (Efesus 5: 21-25) dan anak-anak perempuan harus tunduk pada Ayah mereka dan anak laki-laki harus mengasihi ibu mereka.
V. GEREJA HARUS MENEKANKAN PRAKTEK KEKUDUSAN (Efesus 4:1-6)
Kehidupan orang percaya di dunia ini harus menjadi garam dan terang dunia, apalagi dalam persekutuan orang-orang percaya (Jemaat) terang itu harus sungguh-sungguh bercahaya. Gereja yang benar adalah gereja yang memiliki penekanan kekudusan hidup. Jemaat adalah keluarga Allah, yang terdiri dari keluarga-keluarga orang percaya. Gereja-gereja yang benar selalu menekankan praktek kekudusan hidup yang dimulai dari lingkungan keluarga orang percaya (Titus 2:1-10). Jika setiap keluarga orang-orang percaya dalam sebuah jemaat memiliki disiplin dan memiliki semangat untuk membangun kekudusan hidup, maka kehidupan jemaat yang demikian akan menjadi terang bagi dunia disekitarnya.
Dimulai dari lingkungan yang paling kecil, keluarga orang percaya hingga pada disiplin jemaat, harus menekankan praktek kekudusan hidup. Jemaat yang benar memiliki disiplin jemaat, disiplin jemaat ditetapkan berdasarkan Alkitab dan disepakati bersama-sama (seperti contoh jangkah waktu seseorang dikategorikan harus didisplinkan karena tidak bersekutu bersama-sama dalam waktu yang sudah disepakati). Jemaat yang benar memiliki disiplin yang teratur dan cara pendisplinnya pun teratur, Alkitab menjelaskan pada kita bahwa, cara yang benar dalam mendisplinkan jemaat adalah dengan menegor empat mata, jika masih melanggar, ditegor dengan membawa saksi, tetapi jika masih tetap melanggar, maka dibawa pada jemaat. Tetapi jika masih tidak mau mendengarkan jemaat, maka sudah selayaknya orang demikian dipandang sebagai seorang yang tidak mengenal Allah (Matius 18: 15-17), orang demikianlah yang dikategori terlepas di dunia, dan akan terlepas di Sorga (Matius 18: 18).
VI. GEREJA LOKAL MERUPAKAN BENTUK ANTISIPASI GLOBALISASI ANTI-KRISTUS (Wahyu 13: 11-18)
Kabar terbaru dari kalangan kekristenan ialah telah diedarkan chip 666 melalui jarum suntik. Umat Kristen sudah sangat mengenal angka 666, jika bebicara tentang bilangan 666 seluruh orang kristen tahu bahwa bilangan tersebut mengacu pada gerakan Antikristus yang ingin mengontrol dunia (Wahyu 13: 17-18) melalui dunia ekonomi. Seara garis besar dunia ekonomi mengenal dua sistem ekonomi yakni, sosialis dan kapitalis. Sosialis identik dengan komunis, sedangkan kapitalis identik dengan liberalisme.
Banyak pengamat ekonomi sangat paham, jika bebicara tentang dua sistem ekonomi tersebut, maka tidak terlepas dari dunia politik. Tetapi banyak dari para ekonom dan politikus yang tidak memahami bahwa, dibalik dua sistem ekonomi-politik tersebut terselumbungan kekuatan agama. Jika Anda membaca buku-buku dan catatan-catatan pidato Karl Marx, Engels, Lenin dan Stalin, Anda akan mendapatkan bahwa, tokoh-tokoh ini menjanjikan akan dunia yang bahagia, tanpa kelas-kelas dalam masyrakat. Tidak ada lagi negara, tidak ada lagi jalan politik. Ekonomi Internasional akan mengantikan politik Internasional, dunia ini akan menjadi satu dunia (bersatu), untuk mencapai dunia yang demikian kelas-kelas sosial dalam masyrakat harus dihapuskan, negara-negara dunia harus dipersatukan, dunia tanpa negara berarti dunia adalah negara (satu negara dunia).
Kaum sosialis memandang Agama seperti yang dikatakan Lenin dalam bukunya Ueber Religion bahwa, agama adalah semacam minum keras bagi jiwa, sehingga budak kapitalis lupakan akan nilai sebagai manusia dan tidak menuntut haknya yang layak sebagai manusia. Tanggal 15 April 1841 di Jena, Karl Marx mendapat gelar doktor atas desertasinya tentang filsafat-alam dari Epicorus, Marx memandang bahwa, Bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi sebaliknya manusia yang menciptakan Tuhan. Karena itu Alam dan manusia itulah yang benar.
Dari sini kita dapat memahami bahwa, pergolakan sistem politik dan ekonomi sosialis-komunis didasarkan atas pergumulan batin tentang Tuhan dan dunia yang bahagia dari Karl Marx. Bagaimana dengan kapitalis? Awalnya kapitalis adalah sistem yang ideal dalam pandangan iman Kristen, Tuhan Yesus menasehati murid-muridnya tentang kecukupan yang diberikan Tuhan pada setiap manusia (Matius 6:25-34), dan Rasul Paulus menekankan hal ini dalam Filipi 4:19 bahwa, Tuhan akan memberi kecukupan. Tetapi dalam prakteknya sistem kapitalis berubah menjadi liberalis atau yang disebut Yesus Kristus mammonisme (memberhalakan uang), uang menjadi ukuran segal-galanya. Jika sosialis memandang manusia dan alam adalah Tuhan, maka Kapitalis memandang uang adalah Tuhan.
Tujuan terciptanya faham-faham ekonomi tersebut adalah keinginan manusia akan dunia yang damai. Akankah manusia dapat menciptakan kedamaian di dunia? Jelas tidak! Hanya Yesus Kristus pembawa damai itulah sebabnya Dia disebut raja damai. Kristus datang pada manusia membawa kedamaian dengan kasih Allah (Agape). Tetapi Setan pun tahu akan pengharapan manusia akan damai di dunia, maka Setan dan segala pengikutnya akan memberikan damai yang palsu dengan Raja damai yang palsu yakni Antikristus (mengantikan atau melawan Kristus) 1 Tesalonika 5:3. Jika Tuhan Yesus Kristus membawa damai bagi dunia dengan kasih Allah (Agape), maka Raja damai Palsu (Antikristus) membawa damai yang palsu pada manusia dengan kasih manusia (Philio).
Jika dunia heboh dengan sistem ekonomi dan politik yang kacau, agama dikacaukan dengan chip 666 dalam jarum suntik. Tetapi ada yang lebih heboh dari semua itu yakni berdirinya kerajaan Antikristus sesuai dengan Nubuatan dalam Kitab Daniel 2 tentang kerajaan Global ke lima yakni besi campur tanah liat. Jika Kristus datang sebagai raja damai yang asli dengan kasih Allah (Agape), maka Antikristus sang Raja damai yang palsu akan datang dengan kasih yang palsu juga yakni kasih manusia (Philio). Dapatkah kerajaan Antikristus terwujud?
Ya, dapat terwujud! Dengan pimpinan Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur (Wahyu 17:5). Siapakah Babel besar? Jika berbicara tentang Babel, maka identik dengan organisasi manusia pertama secara global (Lihat Kejadian 11), Babel adalah organisasi manusia yang menentang Allah. Lalu apa hubungannya dengan Kerajaan Antikristus? Hubungannya sangat erat, karena pada akhir zaman Antikristus akan mendirikan sebuah organisasi yang menglobal yang melawan Allah dengan semboyon persatuan manusia. Apakah Organisasi itu?
Jelas organisasi global yang didirikan Antikristus tidak seperti yang dipikirkan banyak orang bahwa, organisasi ini identik dengan kekerasan. Organisasi ini didirikan dengan semboyan persatuan manusia, jelas ini mengindikasikan pada kedamaian. Organisasi ini adalah organisasi yang besar atau yang dikenal dengan istilah Oikomene (secara etimologi atau ilmu akar kata dari bahasa Yunani Oikos= rumah, menos=tinggal), Oikumene adalah gerakan yang mengiring seluruh dunia kepada satu wadah organisasi. Hal ini sangat jelas sekali dengan semboyon Oikumene, Love Unify, doctrine divide (kasih mempersatukan, pengajaran memisahkan). Kasih yang didengungkan Gerakan Oikumene adalah kasih manusia (toleransi tanpa memperbaiki kesalahan). Lalu apa hubungannya dengan gereja? Dalam Wahyu 17: 5 disebutkan Babel besar, wanita pelacur. Ibu atau wanita dalam Wahyu ini berbicara tentang gereja yang menjual mahkota yang berharga untuk mendapat pengakuan dari sesama. Apa mahkota berharga dari gereja? Jelas Doktrin atau pengajaran, gereja tanpa pengajaran sama seperti perkumpulan-perkumpulan keluarga, arisan dan organisasi yang hanya terpusat pada kepentingan manusiawi. Jadi yang Antikristus pada akhir zaman akan menwujudkan kerajaannya melalui Organisasi gereja yang besar, yang melacurkan doktrin..
Kehadiran Gereja lokal dan Independen di dunia akan sangat menghambat globalisai Antikristus melalui Organisasi Gereakan Oikomene. Sebab gereja lokal dan Independen sangat bergantung penuh pada firman Tuhan. Gereja lokal dan Independen tidak dapat diintervensi untuk berada dalam satu naungan organisasi, dan hal yang paling sulit adalah mempersatukan gereja lokal dan independen dalam satu wadah organisasi tanpa mempersalahkan doktrin. Sebab secara tulus dan murni gereja lokal dan independen yang Alkitabiah akan tetap menyatakan kesalahan jika ada suadara, atau teman dalam satu organisasi tersesat (2 Timotius 3: 14-16; Yakobus 5:19-20). Dan ini merupakan cara Tuhan untuk mengantisipasi gobalisasi gerakan Antikristus, sedang konsep gereja universal atau Am yang dibangun di atas dasar pemikiran filsafat merupakan bagian dari program Antikristus.
Perhatian,…perhatian! Ingat! “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas,” (Matius 7:15). Diakhir zaman sekarang terjadi banyak penyesatan, penyesatan dilakukan oleh orang-orang tertentu yang dipakai Iblis dan oleh orang-orang yang mau dipakai Iblis. Mereka yang dipakai Iblis adalah mereka yang giat untuk Tuhan Yesus tetapi tanpa pengertian yang benar (Roma 10:1-3), sehingga pada hari terakhir Tuhan Yesus tidak mengenal mereka (Matius 7:21-23), sedangkan mereka yang mau dipakai Iblis adalah mereka yang telah mengetahui kebenaran, tetapi oleh karena kepentingan jasmaniah dan materi memanipulasi firman Tuhan (1 Timotius 4 : 1-2), orang-orang demikian dikatakan Rasul Petrus seperti.”Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali ke kubangannya,” (2 Petrus 2:19-22), tentu penghukuman mereka lebih berat daripada orang-orang yang dipakai Iblis.
Kegiatan penyesatan Iblis baik melalui orang yang dipakai Iblis dan orang yang mau dipakai Iblis, intensitasnya pada akhir zaman ini meningkat dengan pesat. Jika Allah memiliki program penyelamatan, maka Iblis juga memiliki program penyesatan. Program penyesatan jangka pendek Iblis yakni, mengurangi dan menambahkan Injil. Sedangkan program jangka panjang Iblis yakni, menghancurkan jemaat lokal, yang merupakan wadah pemeliharaan iman orang percaya dan penopang kebenaran untuk generasi selanjutnya.
Orang yang sudah diselamatkan dan masih hidup di dunia memiliki tanggung-jawab untuk memilihara iman, jemaat merupakan tempat pemeliharan iman orang percaya. Peran Jemaat dalam memelihara iman orang percaya sangat penting, ketidak-alkitabiahan sebuah jemaat dapat menyebabkan kebinasaan bagi anggotanya. Alkitab memberikan contoh kepada kita yakni, orang-orang Galatia yang sudah menerima Injil yang benar, tetapi dikemudian hari mendapat pengajaran dalam jemaat, bahwa iman mereka tidak cukup percaya pada Injil yang benar, tetapi harus ditambah dengan sunat dan hukum Taurat. Rasul Paulus dengan tegas mengatakan orang-orang yang menerima dan mengimani pengajaran tersebut lepas dari kasih karunia Kristus yang berarti binasa (Galatia 5:3-4). Dari sinilah kita melihat bahwa, peran sebuah jemaat dalam kehidupan orang percaya sangat penting.
Oleh karena pentingnya Jemaat untuk kehidupan orang percaya, maka sebaiknya orang-orang kudus harus memiliki pemahaman yang benar mengenai hakekat dari gereja yang Alkitabiah. Enam Prinsip dari gereja yang Alkitabiah akan menolong saudara untuk menganalisa keberadaan gereja yang Alkitabiah dan menyadarkan tentang ke-Alkitabiahan gereja saudara
I. GEREJA ADALAH TUBUH TUHAN YANG KELIHATAN ATAU LOKAL (VISIBLE). BUKAN YANG TIDAK KELIHATAN (INVISBLE) ATAU UNIVERSAL ATAU AM DAN KATOLIK (Matius 18:18-20)
Penjelasan Alkitab kepada kita bahwa, gereja adalah tubuh Kristus (Efesus 1: 23 Kolose 1:24). Tubuh Tuhan Yesus adalah tubuh kudus oleh sebab itu gereja harus kudus. Gereja yang kudus adalah gereja yang tidak mementingkan jumlah uang dan jumlah orang, melainkan pengajaran dan penekanan kekudusan hidup praktis di hadapan Tuhan.
Pemahaman tentang gereja yang kudus diakui oleh semua kalangan Kristen, namun demikian beberapa kelompok Kristen tidak memiliki pemahaman yang Alkitabiah mengenai sifat hakekat gereja sebagai tubuh Tuhan yang kelihatan (Visible) atau lokal. Beberapa kelompok Kristen terpengaruh dengan pemikiran Agustinus (Bapak Gereja Katolik) mengenai konsep gereja. Agustinus membangun konsep bahwa Gereja adalah tubuh Tuhan yang tak kelihatan (invisible), atau persatuan sesungguhnya dari orang-orang kudus dan sebagai sautu persatuan yang tidak kelihatan, hanya ada dalam gereja Katolik, dan Roh bekerja dan kasih sejati berada (Louis Berkhof, The History of Christian Doctrine (Grand Rapids: Baker Book House, 1975), hal., 229).
Dasar pemikiran Agustinus bukanlah Alkitab melainkan filsafat Neo-Platonik. (walaupun orang yang pertama mengunakan kata Katolik adalah Ignatius 30-107, tetapi dasar pemikiran Ingnatius berbeda dengan Agustinus). Francis A. Schaeffer mengatakan hal ini dalam bukunya How Should We Then Live? “Plato pada universalisme menghasilkan universalisme atau kekatolikan…dapat disamakan hal yang absolut, ideal dan sempurna (Francis A. Schaeffer, How Should We Then Live? (Old Tappan, NJ: F.H. Revell Co., 1976), hal., 52-55).
Pemikiran Agustinus mengenai gereja sebagai tubuh yang tak kelihatan (invisible) merupakan hasil rasionalisasinya dari konsep filsafat. Jelas hal ini bertentangan dengan Alkitab. Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa, supaya berhati-hati terhadap filsafat yang kosong dan palsu (Kolose 1:7). Jadi doktrin Gereja yang kudus dan am atau Khatolik atau universal adalah pemahaman yang didasarkan pada konsep filsafat yang menyesatkan karena tidak Alkitabiah.
Konsep gereja yang Alkitabiah terurai dari penyataan Tuhan Yesus dalam Matius 18:18-20,”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa yang kamu lepas di dunia ini akan terlepas di Sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di Sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Pernyataan tentang, Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa yang kamu lepas di dunia ini akan terlepas di Sorga merupakan pengulangan pernyataan yang pernah disampaikan Yesus Kristus kepada Simon Petrus dalam Matius 16: 19, pernyataan ini mengacu kepada peran penting dari Jemaat. Orang-orang yang sudah lahir baru/ diselamatkan di dunia ini harus mengikat dirinya dalam Jemaat supaya imannya dapat dipelihara, sehingga sungguh-sungguh namanya dapat tercatat di Sorga (terikat di Sorga). Dari bagian inilah kita dapat mengetahui bahwa, dua tiga orang berkumpul yang dikatakan Tuhan Yesus Kristus adalah Jemaat.
Yesus mengajarkan bahwa, jemaat adalah persekutuan orang-orang milik-Nya yang kelihatan atau tubuh Kristus yang kelihatan (visible) atau lokal, bukan persekutuan yang tidak kelihatan yang terdiri dari beberapa wilayah atau lokasi (invisble). Gereja-gereja yang menerapkan prinsip universalism adalah gereja-gereja yang tidak bertanggung jawab langsung kepada Kristus sebagai kepala Jemaat melainkan setiap keputusan gereja harus dipertanggung-jawabkan kepada pemimpin pusat (ketua sinode) penanggung-jawab tertinggi (Gembala pusat yang mengembalakan jemaat beberapa wilayah atau lokasi) atau kepausan.
Gereja yang Alkitabiah adalah kumpulan dua tiga orang yang berkumpul dalam nama Tuhan Yesus atau tubuh yang kelihatan, bukan dua tiga wilayah atau lokasi (persekutuan yang tidak kelihatan). Beberapa gereja dengan konsisten menerapkan konsep universalism (invisble) berdasarkan pengajaran mereka yang tidak-Alkitabiah, gereja-gereja yang demikian memiliki kepemimpin secara tidak kelihatan dan setiap keputusan hanya dapat diputuskan oleh pemimpin pusat. Ada juga gereja yang tidak mengakui atau tahu bahwa prinsip universalism tidak Alkitabiah, namun dalam penerapannya mengunakan sistem universalism (gereja-gereja yang demikian dipersatukan dalam kesatuan nama denominasi), gereja-gereja yang demikian adalah gereja-gereja yang tidak cukup memiliki pemahaman yang jelas mengenai gereja sebagai tubuh Tuhan yang kelihatan (visible).
Gereja sebagai tubuh yang kelihatan (visible) adalah persekutuan orang kudus yang kelihatan (dua tiga orang berkumpul) dan orang-orang yang bersekutu ini bertanggung jawab langsung kepada Kristus sebagai kepala Jemaat. Setiap keputusan persekutuan dua-tiga orang ini dipertanggung-jawabkan langsung kepada Kristus. Oleh sebab itu gereja lokal (visible) sangat menjunjung tinggi Alkitab sebagai kebenaran absolut. Setiap keputusan dalam gereja lokal selalu didasarkan pada Alkitab, sehingga kumpulan orang yang demikian disebut orang Kristen Alkitabiah.
II. GEREJA BERSISTEM INDEPENDEN, TIDAK BERSISTEM KEPUSATAN ATAU KEPAUSAN (1 Korintus 5:12-13; 1 Korintus 6:1-9)
Alkitab mengajarkan bahwa, kuputusan gereja harus bersifat Independen (sistem pemerintahan gereja). Gereja dan keputusan gereja tidak boleh diintervensi oleh pihak luar. Yang dimaksud dengan pihak luar adalah orang-orang yang tidak tergabung dalam persekutuan jemaat lokal, baik mereka yang percaya (1Korintus 5:12-13) maupun mereka yang tidak percaya (1 Korintus 6:1-9). Setiap keputusan jemaat harus diputuskan oleh jemaat setempat yang bertanggung-jawab langsung kepada Kristus sebagai kepala Jemaat.
Orang-orang percaya yang berada di luar persekutuan dua tiga orang (jemaat) tidak diperbolehkan untuk mengintervensi keputusan jemaat, terkecuali memberi nasehat. Gereja yang berasaskan paham Am atau Katolik sangat tidak mungkin menerapkan prinsip Alkitabiah ini. Karena konsep dari gereja universal (am dan katolik) keputusan teringgi ada pada pemimpin tertinggi yang berada di luar jemaat lokal.
Ada banyak alasan yang sering kali disampaikan oleh pemimpin-pemimpin gereja universal untuk mengontrol kegiatan gereja yang diwadahinya, salah satu alasan yang sangat populer dikalangan mereka adalah ingin membantu menyelesaikan persoalan. Secara Rasional alasan ini cukup benar, tetapi alasan ini bertentangan dengan prisnsip gereja Alkitabiah. Rasul Paulus dalam surat 1 Korintus 5: 12-13 memberikan penguraian dan penjelasannya bahwa ia tidak memiliki otoritas menjadi hakim untuk orang-orang di luar Jemaat, karena keanggotaan jemaat Paulus adalah dari Jemaat Anthiokhia bukan Korintus. Paulus hanya dapat memberikan nasehat terhadap masalah yang terjadi di Korintus, dan walaupun Paulus yang berjerih lelah sehingga ada jemaat Alkitabiah di Korintus, tetapi Paulus memegang prinsip Alkitab bahwa tidak boleh mengintervensi keputusan jemaat. Apalagi hanya ketua Sinode, Gembala sebagai penanggung jawab tertinggi dari dua tiga wilayah tidak dibenarkan dan diperbolehkan mengintervensi keputusan Jemaat. Oleh karena sifat dari Gereja Yang Tuhan inginkan adalah Independen..
Orang percaya di luar jemaat yang mengintervensi keputusan jemaat tidak dibenarkan Alkitab. Apalagi orang-orang yang tidak percaya. Beberapa gereja terjebak dalam penafsiran yang salah dari kitab Roma 13: 1-7. Penekanan kitab Roma 13:1-7 adalah peran pemerintah dalam mengatur kehidupan sosial masyrakat, setiap orang yang berada dalam pimpinan suatu pemerintahan harus tunduk kepada undang-undang yang mengatur kehidupan sosial masyrakat. Tetapi keberadaan pemerintah bukanlah untuk mengatur kehidupan iman seseorang, jika pemerintah turut campur dalam kehidupan iman seseorang, maka pemerintahan yang demikian tidak perlu ditakuti ( Roma 13:3). Indonesia adalah negara yang sangat konsisten dengan prinsip ini, itulah sebabnya dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 tercatum jaminan kebebasan oleh negara kepada setiap warga negara untuk menjalankan keyakinan masing tanpa intervensi negara.
Yang sangat mengherankan ialah gereja-gereja yang menekankan penting peran pemerintah dalam urusan iman, gereja-gereja yang demikian tidak segan-segan memakai tangan pemerintah unruk mengatur kehidupan iman. Yang sangat mengherankan ini terjadi di Indonesia di mana undang-undang melindungi keyakinan iman setiap warga Negara. Dan beberapa gereja dengan tidak malu-malu menyelesaikan persengketaan gereja dalam institusi pemerintahan yang dipimpin oleh orang-orang yang tidak seiman. Hal ini yang diperingkatkan dan dikuartirkan Paulus dalam 1 Korintus 6: 1-9.
Dalam 1 Korintus 6:1-9 Paulus menjelaskan bahwa, setiap perkara yang terjadi dalam jemaat harus diselesaikan tanpa campur tangan pihak luar/ orang yang tidak percaya (1Korintus 6:3). Jemaat yang tidak dapat menyelesaikan masalah dalam Jemaat, dan memakai pihak luar/ bukan orang kudus untuk menyelesaikan permasalaha, maka jemaat yang demikian dipertanyakan sebagai tubuh Kristus yang kudus, dan Paulus menegaskan bahwa keberadaan jemaat yang demikian tidak ada bagian dalam kerejaan Allah (1 Korintus 6:1-9).
III. GEREJA HARUS MEMILIKI PEMIMPIN IMAN (Efesus 4:11-12).
Bagian utama dari Gereja Alkitabiah adalah Kumpulan orang-orang kudus (Matius 18: 20). Kumpulan orang-orang kudus tersebut diperlengkapi oleh Kristus sebagai kepala Jemaat dengan, Para Rasul, Para Nabi, Para Pemberinta Injil, Para Gembala dan Para Guru (Efesus 4:11) sebagai pemimpin iman. Pada waktu Yesus Kristus berkata kepada Simon Petrus, “Aku akan mendirikan Jemaat Ku,” (Matius 16:18/ LAI), Yesus Kristus tidak mengatakan, “Aku akan memulai,” Aku Akan mengawali,” “Aku akan menciptakan,” atau “Aku akan menimbulkan.” Namun Ia mengatakan Aku akan mendirikan, kata mendirikan bukan terjemaham yang tepat dari teks asli Alkitab bahasa Yunani, seharusnya pernyataan ini diterjemahkan dengan “Aku akan membangun jemaat Ku (oikodomeso mou ten ekklesian sedikitnya )wsemodokio” Kata membangun (.naiselkke nht uom wsemodokio digunakan dua puluh kali dalam berbagai prikop yang berhubungan dengan pembangunan orang-orang percaya, misal dalam Efesus 4:12 (eis oikodomen bagi)uotsirC uot sotamws ot nhmodokio sieto swmatos tou Kristou pembangunan tubuh Kristus. Jadi pernyataan Yesus Kristus kepada Simon Petrus merupakan pernyatan untuk memperlengkapi keberadaan Jemaat yang sudah ada. Lalu kapankah Jemaat itu dimulai?
Untuk mendapatkan pemahaman yang Alkitabiah mengenai awal mula dimulai jemaat, mari kita perhatikan pernyatan Yesus Kristus dalam Matius 11:13 yang berbunyi,” sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes.” Siapakah Yohanes ini? Matius 3: 2-3 menjelaskan kepada kita bahwa, Yohanes adalah orang yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan atau pembuka jalan bagi Tuhan. Yohanes Pembaptis melakukan tugasnya dengan baik menjadi pembuka jalan bagi Tuhan, ia memperkenalkan kedatangan dan kerajaan Sang Raja (Mesias) kepada orang-orang Yahudi. Melalui seruan pemberitaannya mengenai kedatangan dan kerajaan Sang Raja, ada orang-orang percaya dan mengakui kedatangan dan kerajaan Sang Raja (Mesias), orang-orang ini memberi diri dibaptis sebagai tanda pertobatan dan tanda penyambutan akan kedatangan Sang Raja, serta kerajaanNya.
Kumpulan orang yang percaya kepada pemberitaan Injil (Markus 1:15) dan dibaptis Yohanes Pembaptis disebut Jemaat oleh Yesus Kristus (Matius 16: 18; 18:20). Yohanes Pembaptis telah mempersiapkan Jemaat sebagai mempelai wanita untuk menyambut kedatangan mempelai pria yaitu Yesus Kristus, itulah sebabnya Yohanes membiarkan ketika murid-murid dan orang-orang yang telah dibaptisnya mengikut Yesus. Dari sinilah kita dapat memahami bahwa, pernyataan Tuhan Yesus Kristus kepada Simon Petrus, bukan melahirkan, menciptakan, tetapi membangun untuk memperlengkapi dasar jemaat yang sudah ada, yang dimulai oleh Yohanes Pembaptis.
Hakekat utama dari jemaat adalah kumpulan orang-orang yang telah lahir baru dan dibaptis, kumpulan orang-orang ini, diperlengkapi dengan pemimpin iman yakni; Rasul-rasul, nabi-nabi (sekarang firman tertulis atau Alkitab sebagai dasar gereja Efesus 2:20), Penginjil, gembala, guru (sekarang yang masih aktif sebagai pemimpin iman). Jadi hakekat jemaat bukanlah pemimpin iman, tetapi kumpulan orang-orang lahir baru yang telah dibaptis, pemimpin iman adalah pelengkap dari jemaat untuk pelayanan pembangunan iman jemaat.
Ada suatu kebingungan dikalangan teolog kristen mengenai hakekat jemaat. Mereka mengatakan bahwa, Kisah Para Rasul 14: 23 memberikan penjelasan bahwa, orang-orang yang telah lahir baru dan dibaptis berkumpul tanpa gembala atau penatua disebut murid-murid, sedangkan kumpulan orang-orang lahir baru yang telah dibaptis dengan adanya gembala atau penatua baru disebut jemaat. Jelas ini merupakan sebuah konsep berpikir yang sangat kacau dan tidak Alkitabiah.
Karena jika kita meneliti dan menganalisa berdasarkan etimologi (ilmu akar kata) kata jemaat berasal dari bahasa Yunani arti secara umum adalah orang-orang yang dipanggil )aishlkkeekklesia ( berkumpul (karena itu dalam Alkitab ada dua jenis jemaat; jemaat Kristus{Matius 16:18} dam bukan jemaat Kristus {kisah rasul 19: 32; 39 LAI menterjemahkan kata ekklesia dengan berkumpul dan sidang rakyat}), sedangkan definisi jemaat Kristus adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari kehidupan duniawi, yang telah lahir baru dan dibaptis berkumpul untuk satu tujuan. Dari sinilah kita dapat mengetahui bahwa, kumpulan orang-orang lahir baru yang telah dibaptis disebut jemaat bukan murid-murid. Kumpulan ini diperlengkapi dengan pemimpin iman (Nabi, Rasul {sekarang Alkitab}, Penginjil, gembala dan guru). Perhatikan Kisah Rasul 14: 23,”Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatu bagi jemaat itu….” Sebelum adanya penetapan penatua-penatua bagi jemaat, kumpulan orang-orang tersebut sudah disebut jemaat bukan murid-murid atau bakal jemaat atau tunas jemaat. Ayat 22 mengatakan, “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu…” murid-murid di sini adalah anggota-anggota jemaat dari Listra, Ikonium dan Anthiokhia yang berkumpul di kota itu (Lihat ayat 21) untuk mendengarkan firman Tuhan dan nasehat dari Paulus dan Barnabas. Karena itu, setiap orang percaya selama di dunia adalah murid Tuhan dengan menyandang ke-anggotaan jemaat lokal . Oleh karena itu, definisi teolog-teolog tersebut merupakan suatu penafsiran yang salah dari harmonisasi ayat-ayat di atas mengenai jemaat dan murid.
IV. GEREJA HARUS SEBAGAI TIANG PENOPANG DAN DASAR KEBENARAN (1 Timotius 3: 15)
Pernyataan Tuhan Yesus dalam Matius 16:18-19, “…Aku akan membangun jemaat Ku dan alam maut tidak menguasainya…apa yang kau ikat di dunia akan terikat di Sorga dan apa yang kau lepas di dunia akan terlepas di Sorga.” Memiliki hubungan yang sangat erat dengan pernyatan Rasul Paulus dalam 1 Timotius 3: 15 , “…jemaat Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran..” Pernyataan Yesus Kristus dan Paulus tersebut mengacu pada pentingnya peran jemaat lokal dalam kehidupan orang-orang kudus.
Dalam Kolese 1: 13 menjelaskan pada kita bahwa, alam semesta ini dibawa naungan kuasa kegelapan (Efesus 6:12) atau kuasa alam maut. Tetapi bagi orang kudus mereka hidup dibawa naungan Kristus. Kristus mendirikan jemaatNya dengan tujuan untuk memisahkan orang-orang kudus dari antara mereka yang hidup dibawa kuasa kegelapan. Pernyataan,”…alam maut tidak menguasainya.” Mengacu pada peran jemaat dalam menjaga kekudusan orang kudus, satu-satunya institusi di dunia ini yang tidak dibawa naungan kuasa alam maut atau kuasa kegelapan adalah Jemaat Kristus, bagi orang-orang sudah lahir baru dan masih hidup di dunia ini, mereka dituntut untuk bergabung dalam Jemaat Kristus. Karena dengan berada dalam sebuah komunitas jemaat Kristus, kuasa kegelapan tidak berkuasa atas orang demikian.
Pernyataan, “apa yang kau ikat di dunia akan terikat di Sorga, dan apa yang kau lepas di dunia akan terlepas di Sorga,” berhubungan erat dengan status orang percaya yang hidup masih hidup di dunia. Mereka yang masih hidup di dunia dituntut untuk mengikat dirinya dalam sebuah jemaat Kristus, karena dengan mengikat dirinya dalam sebuah jemaat Kristus, mereka aman dari kuasa kegelapan, sehingga pada akhirnya nama mereka pun akan terikat di Sorga. Sedangkan mereka yang tidak mengikat dirinya dalam sebuah jemaat Kristus, mereka akan hidup dibawa naungan kuasa alam maut atau kuasa kegelapan, dan jelas orang-orang demikian tidak akan mendapat bagian di Sorga, atau mereka akan terlepas di Sorga, karena mereka ada dibawa kuasa alam maut atau kuasa kegelapan.
Dari sinilah kita dapat memahami mengapa hanya jemaat yang dapat menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, Allah selalu mempercayakan pada imam untuk menjaga dan melestarikan kebenaran, ini terbukti dengan imam-imamlah yang dipercaya Allah untuk menjaga dan melestarikan firman tertulisNya. Pada masa keimamatan suku Lewi atau ibadah simbolik, Allah memerintahkan pada suku Lewi menjaga firman tertulisnya (Ulangan 31: 24-26; Ulangan 17:18), oleh sebab itulah pada masa itu yang bertindak sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran adalah bangsa Israel. Sedangkan pada masa Ibadah dalam Roh dan kebenaran, Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus membawa korban persembahan bukan dengan darah lembuh jantan yang tidak bercacat, melainkan dengan darahNya sendiri yang kudus (Ibrani 9: 11-14), Kristus telah menjadi imam besar. Barangsiapa yang percaya pada Kristus memiliki Roh Kristus (Filipi 1:19), dan menjadi imamat yang Rajani (1 Petrus 2:9), itulah sebabnya pada masa ini yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran adalah Jemaat lokal, karena di dalam jemaat lokal ada imam-imam yakni setiap orang yang percaya.
Jadi karena gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran, maka setiap orang yang datang dan menjadi anggota gereja harus mempraktekkan apa yang dipraktek dan diajarkan gereja. Dari sinilah kita dapat memahami, mengapa Rasul Paulus tidak mengizinkan wanita berbicara atau berkotbah dalam pertemuan-pertemuan jemaat (1Korintus 14:34; 1 Timotius 2:11-12), karena Rasul Paulus menginginkan bahwa, orang-orang percaya dalam jemaat harus memahami dengan benar mengenai konsep Alkitab suami mengasihi istri, istri tunduk pada suami, (Efesus 5: 21-25) dan anak-anak perempuan harus tunduk pada Ayah mereka dan anak laki-laki harus mengasihi ibu mereka.
V. GEREJA HARUS MENEKANKAN PRAKTEK KEKUDUSAN (Efesus 4:1-6)
Kehidupan orang percaya di dunia ini harus menjadi garam dan terang dunia, apalagi dalam persekutuan orang-orang percaya (Jemaat) terang itu harus sungguh-sungguh bercahaya. Gereja yang benar adalah gereja yang memiliki penekanan kekudusan hidup. Jemaat adalah keluarga Allah, yang terdiri dari keluarga-keluarga orang percaya. Gereja-gereja yang benar selalu menekankan praktek kekudusan hidup yang dimulai dari lingkungan keluarga orang percaya (Titus 2:1-10). Jika setiap keluarga orang-orang percaya dalam sebuah jemaat memiliki disiplin dan memiliki semangat untuk membangun kekudusan hidup, maka kehidupan jemaat yang demikian akan menjadi terang bagi dunia disekitarnya.
Dimulai dari lingkungan yang paling kecil, keluarga orang percaya hingga pada disiplin jemaat, harus menekankan praktek kekudusan hidup. Jemaat yang benar memiliki disiplin jemaat, disiplin jemaat ditetapkan berdasarkan Alkitab dan disepakati bersama-sama (seperti contoh jangkah waktu seseorang dikategorikan harus didisplinkan karena tidak bersekutu bersama-sama dalam waktu yang sudah disepakati). Jemaat yang benar memiliki disiplin yang teratur dan cara pendisplinnya pun teratur, Alkitab menjelaskan pada kita bahwa, cara yang benar dalam mendisplinkan jemaat adalah dengan menegor empat mata, jika masih melanggar, ditegor dengan membawa saksi, tetapi jika masih tetap melanggar, maka dibawa pada jemaat. Tetapi jika masih tidak mau mendengarkan jemaat, maka sudah selayaknya orang demikian dipandang sebagai seorang yang tidak mengenal Allah (Matius 18: 15-17), orang demikianlah yang dikategori terlepas di dunia, dan akan terlepas di Sorga (Matius 18: 18).
VI. GEREJA LOKAL MERUPAKAN BENTUK ANTISIPASI GLOBALISASI ANTI-KRISTUS (Wahyu 13: 11-18)
Kabar terbaru dari kalangan kekristenan ialah telah diedarkan chip 666 melalui jarum suntik. Umat Kristen sudah sangat mengenal angka 666, jika bebicara tentang bilangan 666 seluruh orang kristen tahu bahwa bilangan tersebut mengacu pada gerakan Antikristus yang ingin mengontrol dunia (Wahyu 13: 17-18) melalui dunia ekonomi. Seara garis besar dunia ekonomi mengenal dua sistem ekonomi yakni, sosialis dan kapitalis. Sosialis identik dengan komunis, sedangkan kapitalis identik dengan liberalisme.
Banyak pengamat ekonomi sangat paham, jika bebicara tentang dua sistem ekonomi tersebut, maka tidak terlepas dari dunia politik. Tetapi banyak dari para ekonom dan politikus yang tidak memahami bahwa, dibalik dua sistem ekonomi-politik tersebut terselumbungan kekuatan agama. Jika Anda membaca buku-buku dan catatan-catatan pidato Karl Marx, Engels, Lenin dan Stalin, Anda akan mendapatkan bahwa, tokoh-tokoh ini menjanjikan akan dunia yang bahagia, tanpa kelas-kelas dalam masyrakat. Tidak ada lagi negara, tidak ada lagi jalan politik. Ekonomi Internasional akan mengantikan politik Internasional, dunia ini akan menjadi satu dunia (bersatu), untuk mencapai dunia yang demikian kelas-kelas sosial dalam masyrakat harus dihapuskan, negara-negara dunia harus dipersatukan, dunia tanpa negara berarti dunia adalah negara (satu negara dunia).
Kaum sosialis memandang Agama seperti yang dikatakan Lenin dalam bukunya Ueber Religion bahwa, agama adalah semacam minum keras bagi jiwa, sehingga budak kapitalis lupakan akan nilai sebagai manusia dan tidak menuntut haknya yang layak sebagai manusia. Tanggal 15 April 1841 di Jena, Karl Marx mendapat gelar doktor atas desertasinya tentang filsafat-alam dari Epicorus, Marx memandang bahwa, Bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi sebaliknya manusia yang menciptakan Tuhan. Karena itu Alam dan manusia itulah yang benar.
Dari sini kita dapat memahami bahwa, pergolakan sistem politik dan ekonomi sosialis-komunis didasarkan atas pergumulan batin tentang Tuhan dan dunia yang bahagia dari Karl Marx. Bagaimana dengan kapitalis? Awalnya kapitalis adalah sistem yang ideal dalam pandangan iman Kristen, Tuhan Yesus menasehati murid-muridnya tentang kecukupan yang diberikan Tuhan pada setiap manusia (Matius 6:25-34), dan Rasul Paulus menekankan hal ini dalam Filipi 4:19 bahwa, Tuhan akan memberi kecukupan. Tetapi dalam prakteknya sistem kapitalis berubah menjadi liberalis atau yang disebut Yesus Kristus mammonisme (memberhalakan uang), uang menjadi ukuran segal-galanya. Jika sosialis memandang manusia dan alam adalah Tuhan, maka Kapitalis memandang uang adalah Tuhan.
Tujuan terciptanya faham-faham ekonomi tersebut adalah keinginan manusia akan dunia yang damai. Akankah manusia dapat menciptakan kedamaian di dunia? Jelas tidak! Hanya Yesus Kristus pembawa damai itulah sebabnya Dia disebut raja damai. Kristus datang pada manusia membawa kedamaian dengan kasih Allah (Agape). Tetapi Setan pun tahu akan pengharapan manusia akan damai di dunia, maka Setan dan segala pengikutnya akan memberikan damai yang palsu dengan Raja damai yang palsu yakni Antikristus (mengantikan atau melawan Kristus) 1 Tesalonika 5:3. Jika Tuhan Yesus Kristus membawa damai bagi dunia dengan kasih Allah (Agape), maka Raja damai Palsu (Antikristus) membawa damai yang palsu pada manusia dengan kasih manusia (Philio).
Jika dunia heboh dengan sistem ekonomi dan politik yang kacau, agama dikacaukan dengan chip 666 dalam jarum suntik. Tetapi ada yang lebih heboh dari semua itu yakni berdirinya kerajaan Antikristus sesuai dengan Nubuatan dalam Kitab Daniel 2 tentang kerajaan Global ke lima yakni besi campur tanah liat. Jika Kristus datang sebagai raja damai yang asli dengan kasih Allah (Agape), maka Antikristus sang Raja damai yang palsu akan datang dengan kasih yang palsu juga yakni kasih manusia (Philio). Dapatkah kerajaan Antikristus terwujud?
Ya, dapat terwujud! Dengan pimpinan Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur (Wahyu 17:5). Siapakah Babel besar? Jika berbicara tentang Babel, maka identik dengan organisasi manusia pertama secara global (Lihat Kejadian 11), Babel adalah organisasi manusia yang menentang Allah. Lalu apa hubungannya dengan Kerajaan Antikristus? Hubungannya sangat erat, karena pada akhir zaman Antikristus akan mendirikan sebuah organisasi yang menglobal yang melawan Allah dengan semboyon persatuan manusia. Apakah Organisasi itu?
Jelas organisasi global yang didirikan Antikristus tidak seperti yang dipikirkan banyak orang bahwa, organisasi ini identik dengan kekerasan. Organisasi ini didirikan dengan semboyan persatuan manusia, jelas ini mengindikasikan pada kedamaian. Organisasi ini adalah organisasi yang besar atau yang dikenal dengan istilah Oikomene (secara etimologi atau ilmu akar kata dari bahasa Yunani Oikos= rumah, menos=tinggal), Oikumene adalah gerakan yang mengiring seluruh dunia kepada satu wadah organisasi. Hal ini sangat jelas sekali dengan semboyon Oikumene, Love Unify, doctrine divide (kasih mempersatukan, pengajaran memisahkan). Kasih yang didengungkan Gerakan Oikumene adalah kasih manusia (toleransi tanpa memperbaiki kesalahan). Lalu apa hubungannya dengan gereja? Dalam Wahyu 17: 5 disebutkan Babel besar, wanita pelacur. Ibu atau wanita dalam Wahyu ini berbicara tentang gereja yang menjual mahkota yang berharga untuk mendapat pengakuan dari sesama. Apa mahkota berharga dari gereja? Jelas Doktrin atau pengajaran, gereja tanpa pengajaran sama seperti perkumpulan-perkumpulan keluarga, arisan dan organisasi yang hanya terpusat pada kepentingan manusiawi. Jadi yang Antikristus pada akhir zaman akan menwujudkan kerajaannya melalui Organisasi gereja yang besar, yang melacurkan doktrin..
Kehadiran Gereja lokal dan Independen di dunia akan sangat menghambat globalisai Antikristus melalui Organisasi Gereakan Oikomene. Sebab gereja lokal dan Independen sangat bergantung penuh pada firman Tuhan. Gereja lokal dan Independen tidak dapat diintervensi untuk berada dalam satu naungan organisasi, dan hal yang paling sulit adalah mempersatukan gereja lokal dan independen dalam satu wadah organisasi tanpa mempersalahkan doktrin. Sebab secara tulus dan murni gereja lokal dan independen yang Alkitabiah akan tetap menyatakan kesalahan jika ada suadara, atau teman dalam satu organisasi tersesat (2 Timotius 3: 14-16; Yakobus 5:19-20). Dan ini merupakan cara Tuhan untuk mengantisipasi gobalisasi gerakan Antikristus, sedang konsep gereja universal atau Am yang dibangun di atas dasar pemikiran filsafat merupakan bagian dari program Antikristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar