Kamis, 06 Januari 2011

Little India yang Kaya Rasa


Oleh Eddie Tee

Tersesat di Little India? Berikut adalah panduan dasar menjelajahi lokasi paling berantakan, bising, tetapi paling meriah di pulau ini.



Dari para backpacker berwajah kemerahan yang tinggal di Jalan Dunlop untuk suasana nyaman rumahannya sampai Mustafa Centre yang buka 24 jam dan menyediakan apapun kebutuhan Anda, kami telah melihat sendiri bagaimana roti prata, Thosai, Dhal dan kari kepala ikan ada di tiap pojok sepotong India ini, di area seluas 700 kali 500 meter.

Mungkin Anda juga telah mengetahui Little India dari buku panduan perjalananan. Inilah sebabnya kami membuat petunjuk yang berbeda. Pertama kami berbelok ke kanan, lalu ke kiri, lalu ke kanan, lalu ke kiri, dan berbelok di persimpangan jalan sampai ketemu jalan buntu, itu adalah petunjuk dari satu halaman di Guide to Experimental Travel dari Lonely Planet oleh Rachael Antony dan Joël Henry (lihat di bawah untuk penjelasan).

Jadi, ayo bergabung. Ikutlah dengan kami dan akan kami tunjukkan wajah Little India di Singapura yang mungkin belum pernah Anda temukan.

Sekadar catatan, panduan ini adalah rangkuman dari keseluruhan perjalanan. Untuk lebih banyak foto dan rute jalan, lihatlah rute jalan Google Maps dari Little India dan gunakan sesuka Anda.

Awali di Little India

Mulai: Stasiun MRT Little India, keluar dari Racecourse Road

Sabtu sore -- merupakan hari libur bagi kebanyakan pekerja bangunan. Awan gelap menaungi saat menuju belokan pertama.

Kanan: Kerbau Road

Kios sayuran di pinggir jalan adalah percampuran warna bawang merah, tomat yang masak, dan lobak pucat dihiasi cabe hijau seukuran tangan. Di balik pintu dari plexiglass, saya mengintip sepasang remaja mengenakan baju melayu warna emas dan hitam memainkan nada yang menghipnotis dari Kompang mereka. Pekerja berhelm di pelataran atas sedang mengganti ornamen warna emas yang memudar pada sebuah rumah bekas milik Tan Teng Niah (pebisnis asal China yang terkenal dan salah satu pionir non-India dari Little India).

Sekelompok pria duduk di kursi plastik dengan pandangan menuju teve layar datar di atas jambangan besi berisi nasi kuning briyani, yang sedang memutar lagu dan tarian Bollywood termutakhir.
Kiri: Chander Road
Deretan restoran kecil dan kumuh di sebelah toko minuman dan sebuah warung kopi. Kelihatannya memang meragukan, tetapi mungkin lebih murah atau malah lebih baik dari restoran di sepanjang Racecourse Road. Cobalah menu sarapan Tossai telur bawang di restoran Chettinadu yang menggunakan daun pisang sebagai piringnya, Anda bisa menyendok bumbu dari jambangan besi ke makanan Anda.

Kanan: Belios Road

Saya menunduk melalui sebuah gerbang memasuki kuil Sri Veeramakaliamamman. Tiga wanita, yang terlihat secara mencurigakan seperti pria, menawarkan dupa untuk Kali, Dewa Krishna di antara dewa-dewa Hindu lainnya. Mereka menatap saya curiga. Seorang pendeta Brahmin berjubah putih menunjuk ke sandal saya. Saya langsung mundur seperti domba. Alas kaki dilarang digunakan di kuil-kuil India.
Di seberang jalan: Veerasamy Road

Paisley and Cream, sebuah sekolah memasak dan asosiasi klan etnis China di atas toko elektronik dan restoran 'asli Chennai' yang tersebar dimana-mana. Sebuah pondok mengumbar "High-speed Internet!" di samping kios majalah yang menjual gosip terhangat dari Mumbai dan potongan rambut seharga S$5. Bisnis selalu sibuk di pangkas rambut tersebut.

Kiri: Kampong Kapor Road

Di bawah blok apartemen:

- Antrian yang panjang di sebuah toko lotere. Mereka pergi membawa karcis dengan 4 digit angka. Berharap dapat keluar dari kehidupan yang kumuh.
- Kios yang menjajakan minuman keras dengan botol seukuran tangan dan bir seharga S$3.50 untuk satu pint.
- Laptop bekas yang telah dipoles ulang keluaran setahun lalu dijual seharga S$400.

Kanan: Rowell Road

Seorang wanita dengan eyeliner biru dan perhiasan emas menghiasi sarinya yang indah, sedang menunggu pelanggan. Sebelumnya ini adalah kawasan lokalisasi, setelah dibersihkan menjadi museum mainan lama, galeri karya seni avant-garde, dan restoran vegetarian ala Barat. Terdapat juga lounge karaoke KTV, tetapi ini masih terlalu awal untuk menyanyi.
Kiri: Gang antara Rowell Road dan Desker Road

Penuh dengan rumah lokalisasi dengan wanita penghibur yang menunggu. Salah satunya dengan alis yang sangat melengkung mengangguk dan melambaikan tangan "mengundang" Anda. Terdapat juga tiruan alat vital berbahan karet yang dipamerkan bersama obat perangsang Spanish Fly, sementara pemilik kios berbincang dengan seorang remaja India yang ramping.

Kanan: Kampong Kapor Road

Pakaian pekerja bangunan dan sepatu boot dijual di muka gang. Abaikan mereka. Masuk ke dalam toko. Terdapat koleksi sepatu yang berharga kurang dari S$20 dan kacamata hitam yang cocok. Dan terdapat lebih banyak rumah lokalisasi di sepanjang gang.
Akhir: Desker Road, Bangla Square

Alun-alun semen dipenuhi oleh pekerja etnis India di meja Carom. Mereka membalik piringan pada koin bulat dari kayu dengan keahlian mengagumkan. Toko kecil menjual jajanan Bangladesh yang terbuat dari gumpalan nasi dalam contong dari koran, potongan buah pinang yang dibalut daun, dan kartu telepon untuk menghubungi rumah.

Seorang penjaja muda membungkus pinang untuk saya, gratis (harga biasanya 50 sen Singapura) untuk dikunyah, dihisap, dan diludahkan. Salah satu cara untuk mengusir pelancong seperti Saya. Daun sirihnya terasa menusuk di mulut dan pahit, membuat pusing dan tampaknya tidak pernah kering di mulut -- seperti Little India seluas 700 kali 500 meter ini di Singapura.

Menuju ke sana

Little India diapit oleh Racecourse Road, Syed Alwi Road, dan Jalan Besar. Tetapi, tergantung kepada siapa Anda bertanya, batasan-batasan itu agak kabur. Naiklah MRT arah timur laut menuju Little India Station dan keluar di Racecourse Road. 

Instruksi dari The Lonely Planet Guide to Experimental Travel oleh Rachael Antony dan Joël Henry:

   1. Pilihlah titik awal.
   2. Jalan terus sampai bertemu persimpangan.
   3. Belok kiri atau kanan.
   4. Ambil foto dan perhatikan apa yang sedang terjadi.
   5. Jalan terus sampai Anda ketemu persimpangan selanjutnya.
   6. Berbeloklah ke arah yang berlawanan dari yang Anda ambil di persimpangan sebelumnya.
   7. Berfotolah, sambil memperhatikan sekitar Anda.
   8. Ulangi 2-7 kali sampai Anda ketemu jalan buntu.
   9. Bagilah cerita Anda dengan pejalan lain.

Jika Anda melihat sesuatu yang menarik, pergilah ke sana. Tapi ingat, kembalilah ke titik tadi dan lanjutkan perjalanan Anda dari sana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar