Kamis, 06 Januari 2011

Pengelap Kaca Kantor yang Kini Direktur PDAM

Rahmatullah, Direktur Umum PDAM Bandarmasih di Banjarmasin
Ini cerita tentang seorang sahabat di Banjarmasin. Unik tapi mengesankan. Ceritanya, ketika itu PDAM Bandarmasih milik Kota Banjarmasin baru saja memiliki seorang Direktur Umum yang baru. Seorang pria yang sangat bersahaja. Bahkan, lantaran kebersahajaannya itu, banyak ‘orang penting’ di Banjarmasin tak yakin bahwa ia adalah seorang Direktur Umum PDAM Bandarmasih. Ya, sebuah PDAM dengan prestasi segu­dang.
Pria bersahaja itu memiliki nama Rahmatullah, SE. Suatu ketika, seorang pejabat pada sebuah instansi yang berkedudukan di Banjarmasin melayangkan komplain. “Tolong cek aliran air di rumah kami, sepertinya bermasalah,” pinta pejabat tersebut. Rahmatullah, yang ketika itu baru saja dilantik sebagai Direktur Umum, memutuskan untuk ikut turun ke lapangan bersama beberapa staf lapangan.
Tapi, ia tak memberi tahu jati dirinya, yang seorang Direktur Umum. Sebagai ‘mantan’ orang lapangan, kompetensi Rahmatullah melayani komplain pelanggan jelas sudah sangat teruji. Tentu saja, sesuai prosedur standar.
Rupanya, klien ‘istimewa’ PDAM Bandarmasih itu tak puas. Ia pun menelpon Direktur Umum PDAM. “Silahkah temui Direktur Umum,” respon Rahmatullah. Singkat cerita, klien ‘istimewa’ itu pun datang ke kantor PDAM Banjarmasin untuk menemui Direktur Umum. Alangkah terkejut ia, ketika kemudian mendapati bahwa Direktur Umum PDAM yang hendak ia temui adalah Rahmatullah, orang yang melayani komplainnya di rumah.
Peristiwa itu, memang hanya salah satu bentuk kebersahajaan Rahmatullah. Bentuk kebersahajaan lain, misalnya, hingga beberapa pekan setelah dilantik sebagai Direktur Umum, ia masih saja hilir mudik dengan mobil Suzuki Carry tua, yang selama ini menemaninya menjalani aktivitas. “Saya nyantai saja pakai mobil tua seperti ini,” ungkapnya kepada saya di Banjarmasin beberapa waktu silam. Bahkan, tak jarang ia menggunakan jasa ojek untuk pergi ke Balaikota. Sebelum akhirnya Rahmatullah menerima mobil dinas dari perusahaan, mobil Suzuki Carry itu masih menjadi teman aktivitas ayah dua orang anak ini.
Kebersahajaan Rahmatullah itu bukan sebuah basa-basi. Rahmat adalah prototipe pegawai PDAM Bandarmasih yang merintis karir dari bawah. Selepas tamat dari STM, orientasi Rahmat hanya bisa bekerja sesegera mungkin. “Saya kan harus ikut memikirkan biaya sekolah adik-adik,” ungkapnya. Sebagai lulusan STM, karir Rahmat di PDAM Banjar­masin pun benar-benar berangkat dari ‘bawah’.
Pekerjaan seperti mengelap kaca dan mengepel lantai kantor pernah ia lakoni. Berbekal kerja keras dan komitmen terhadap profesi, Rahmat mengaku tak pernah berpikir tentang jabatan. “Prinsip saya, bekerja mengalir seperti air, dan memberikan komitmen penuh pada perusahaan,” ungkapnya.
Tekad keras Rahmat untuk terus belajar akhirnya menghantarnya ke bangku kuliah. “Pulang kerja, saya kuliah. Gaji yang ketika itu belum seberapa saya sisihkan untuk mem­bayar uang kuliah,” kenangnya. Bayangkan, Rahmat masih harus kuliah usai menuntaskan pekerjaan sebagai orang lapangan yang tentu menguras banyak energi. Berbagai pos pekerjaan lapangan pernah dilakoni Rahmat, mulai dari tukang reparasi hingga pencatat meteran.
Komitmen yang utuh pada profesi akhirnya menghantarkan Rahmat pada posisi staf, Kepala Seksi hingga kemudian menjadi Kepala Bagian Hubungan Langganan, yang juga memerankan peran sebagai Hubungan Masyarakat. Karena peran itu, Rahmat berkenalan dengan saya.
Seiring dengan reformasi gradual PDAM Bandarmasih di bawah kepemimpinan Dirut Zainal Arifin, sistem meritokrasi dan jenjang karir di PDAM Banjarmasin juga ikut mem­baik. Ketika masih menjadi Kasie, Rahmat bahkan sudah mengantongi sertifikat utama, yang menjadi syarat untuk mengikuti tes menjadi jajaran Direksi.
Nah, ketika Direktur Umum yang lama, Mardiana memasuki usia pensiun, Rahmatullah pun mengikuti seleksi serta serangkaian fit and proper test yang dilakukan oleh sebuah konsultan manajemen independen. Hasil tes itulah kemudian yang diajukan ke Walikota Banjarmasin, Yudhi Wahyuni. Dari tiga kandidat yang direkomendasikan, berdasarkan serangkaian tes itu, Walikota Banjarmasin akhirnya memilih Rahmatullah sebagai Direktur Umum PDAM Bandarmasih, September tahun lalu.
Usai shalat Dzuhur berjama’ah, Rahmatullah tampak sedang bercengkerama dengan para karyawan di masjid, yang berada di dalam kompleks perusahaan. Ya, sebuah kebiasaan lama yang hingga kini tetap ia kekalkan. Rahmatullah tetap tidak berubah. Sejak menjadi direksi, ia tetap berkumpul dengan teman-teman seangkatan, yang kini menjadi orang-orang yang ia pimpin. Bahkan, Rahmat kini merasa punya bekal untuk memotivasi mereka.
“Sebagian besar dari mereka paham benar karakter saya, yang tidak berorientasi pada jabatan. Kini, saya bisa membuktikan bahwa bekerja secara ikhlas dan berkomitmen utuh pada profesionalisme pada akhirnya bermuara pada karir,” simpul Rahmatullah.
Begitulah, sekelumit kisah tentang Rahmatullah. Pegawai biasa, yang akhirnya bisa menapakkan diri di kursi direksi. Akankah kisah ini menginspirasi? Terserah Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar